Sunday, April 13, 2014

KEPEMIMPINAN


1. Arti Penting Kepemimpinan
            Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk mempengaruhi orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan.
            Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal imi yaitu:
1.      Kepemimpinan melibatkan orang lain. Baik itu bawahan maupun pengikut.
2.      Kepemimpinan melibatkan pendistribustrian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang.
3.      Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk memengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.
Oleh sebab itu, kepemimpinan pada hakikatnya adalah:
·         Proses memengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
·         Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
·         Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan
·         Melibatkan tiga hal, yaitu: pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu.
·         Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan. Sumber pengaruh dapat secara formal ataupun informal. Pimpinan formal atau pimpinan informal dapat dibedakan dalam hal:
ü  Pimpinan formal (lembaga eksekutif, yudikatif) artinya seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban.
ü  Pimpinan informal (tokoh masyarakat, pemuka agama, adat, LSM, guru, bisnis, dan sebagainya), artinya seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal, karena memiliki kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai seseorang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok/komunitas tertentu.
2. Tipologi Kepemimpinan
          Seseorang yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk ‘membaca’ situasi yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya, walaupun terkadang penyesuaian itu mungkin hanya bersifat sementara.
          Lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya adalah:
§  Tipe Otokratik
Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Egoisme yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikkan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterprestasikannya sebagai kenyataan.
Dengan egoisme yang besar demikian, seorang pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi mengenai nasib masing-masing dan lain sebagainya.
Berangkat dari persepsi yang demikian, seorang pemimpin yang otokratik cendrung menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk mencapai tujuannya, suatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan disingkirkan olehnya.
Harus diakui bahwa apabila efektivitas semata-mata yang diharapkan dari seorang pemimpin dalam mengemudikan jalannya organisasi, tipe otokratik mungkin saja mampu menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinannya dengan ‘baik’. ‘baik’ yang hanya dalam arti tercapainya tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditentukan oleh pimpinan yang bersangkutan sebelumnya. Yang menjadi masalah utama ialah bahwa keberhasilan mencapai tujuan dan berbagai sasaran itu semata-mata karena takutnya para bawahan terhadap pimpinannya dan bukan berdasarkan keyakinan bahwa tujuan yang telah dicapai itu wajar dan layak untuk didapatkan.
§  Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris. Ditinjau dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang pemimpin yang paternalistik mengutamakan kebersamaan. Berdasarkan nilai kebersamaan nya itu di dalam organisasi tersebut kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol pula.
Tidak jarang terjadi bahwa sebagai akibat dari adanya pandangan bahwa para bawahan itu belum dewasa, seorang pimpinan yang paternalistik dapat bersikap terlalu melindungi para bawahan layaknya bapak ataupun guru. Sikap demikian mau tidak mau tercermin dalam perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seperti tindak-tanduk yang menggambarkan bahwa hanya pemimpin lah yang mengetahui segala sesuatu mengenai seluk-beluk kehidupan organisasional, konsekuensi dari perilaku demikian ialah bahwa para bawahan tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide, dan saran. Dengan kata lain, para bawahan tidak didorong untuk berfikir secara inovatif dan kreatif. Penekanan yang berlebihan terhadap kebersamaan memungkinkan bawahan tidak mampu melakukan pengembangan individual sesuai dengan bakat dan potensi masing-masing yang sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam tata kehidupan organisasi modern.
§  Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai ciri yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya sangat besar. Tegasnya, seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi. Yang menarik untuk diperhatikan adalah, bahwa para pengikut seorang pemimpin kharismatik tidak memperdulikan nilai-nilai yang dianut, sikap dan perilaku serta gaya yang digunakan oleh pemimpinnya tersebut.
§  Tipe Laissez Faire
Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai dan lain sebagainya asalkan kepentingan bersama dan tujuan organisasi berjalan sesuai yang diharapkan. Sehingga pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional. Gaya kepemimpinan yang digunakannya adalah sedemikian rupa, sehingga:
a.       Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.
b.      Pengambilan keputsan diserahkan kepada para pimpinan yang lebih rendah jabatannya dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya secara langsung.
c.       Status quo organisasional tidak terganggu.
d.      Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
e.       Sepanjang para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum.
§  Tipe Demokratik
Kepemimpinan demokratik sering dipandang sebagai kepemimpinan yang paling ideal dan terbaik, walau terkadang dalam hal bertindak dan mengambil keputusan seringkali terjadi keterlambatan sebagai konsekuensi keterlibatan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Tidak kecil peranan yang dimainkan oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin yang demokratik dalam peningkatan usahanya menjadi pemimpin yang efektif. Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berasal dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Pemimpin demokratik memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi. Satu rumus yang terlihat sederhana akan tetapi dapat mencangkup sumber dari segala persepsi, sikap, perilaku dan gaya kepemimpinan seseorang.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan
            Melihat fakta riil yang terjadi, ada banyak faktor yang mempengaruhi jalannya proses kepemimpinan terlebih fakta atau dinamika keorganisasian yang terjadi. Ada beberapa faktor yang mempunyai pengaruh positif terhadap proses kepemimpinan dalam organisasi, antara lain: a) kepribadian,pengalaman kepemimpinan organisasi masa lalu dan harapan pemimpin yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan; b) harapan dan perilaku atasan; c) karakteristik, harapan dan perilaku bawahan; d) kebutuhan tugas; e) iklim dan kebijakan organisasi; f) harapan dan perilaku rekan.
            Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi proses kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut:
ü  Faktor Kemampuan Individu
Dalam kepemimpinan, faktor pribadi yang berupa berbagai kompetensi seorang pemimpin sangat mempengaruhi proses kepemimpinannya. Dalam hal ini, konsepsi kepemimpinan umumnya memusatkan perhatian kepada pribadi pemimpin dengan berbagai kualitas atas kemampuan yang dimilikinya.
ü  Faktor Jabatan
Seorang pemimpin dalam bersikap harus selalu menyesuaikan di posisi mana dia berada. Hal ini terkait dengan aturan dan norma yang diberlakukan di masing-masing organisasi. Satu hal yang perlu dimengerti adalah bahwa seorang pemimpin selalu ada dalam lingkungan sosial yang dinamis sehingga mengharuskan pemimpin untuk memiliki citra tentang perilaku kepemimpinan yang digunakan agar sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya.
ü  Faktor Situasi dan Kondisi
Situasi khusus selalu membutuhkan tipe kepemimpinan yang khusus pula. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap situasi dan kondisi yang menyertai para bawahannya agar kepemimpinan tetap berjalan efektif dan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Implikasi Manajerial Kepemimpinan dalam Organisasi
            Organisasi apapun yang berdiri, tentu akan menggunakan konsep kepemimpinan karena ada unsur filosofi (pandangan), harapan/tujuan, tantangan, dan sumber daya di dalamnya. Semua faktor itu harus diatur sehingga bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain mesti ada konsep kepemimpinan dalam organisasi.
Pada tataran praktis-managerial, konsep kepemimpinan juga mesti diterapkan sehinga dalam organisasi terkonsep rapi, bersinergis, dan efektif.
Referensi:
Muhith, Abd., Bahar Agus Setiawan. 2013. Transformational Leadership: Ilustrasi di Bidang Organisasi Pendidikan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Mulyadi, Deddy., Veitzhal Rivai. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Siagian, Sondang P. 2010. Teori dan Praktek kepemimpinan. PT Rineka Cipta. Jakarta.