Perbedaan Pengaruh, Kekuasaan dan
Wewenang
A. Pengaruh
Pengaruh
(influence) adalah suatu transaksi sosial dimana seseorang atau kelompok di
bujuk oleh seorang atau kelompok lain untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
harapan mereka yang mempengaruhi.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:
849), “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.” Sementara
itu, Surakhmad (1982:7) menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul
dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan
perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, dari
pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu
daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta
segala sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di
sekitarnya.
B. Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan.
Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang penting dalam
manajemen. Karena kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, maka
mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi
melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara pengendalian unit organisasi dan individu
di dalamnya berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Kekuasaan manager yang
menginginkan peningkatan jumlah penjualan adalah kemampuan untuk meningkatkan
penjualan itu.
Kekuasaan
melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih. Dikatakan A mempunyai
kekuasaan atas B, jika A dapat menyebabkan B melakukan sesuatu di mana B tidak
ada pilihan kecuali melakukannya. Kekuasaan selalu melibatkan interaksi sosial
antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian seorang individu
atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan
harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh orang lain
atau kelompok lain.
Kekuasaan amat erat hubungannya dengan wewenang. Tetapi kedua konsep ini harus dibedakan. Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan. Wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang dipegang dalam organisasi. Jadi seorang bawahan harus mematuhi perintah manajernya karena posisi manajer tersebut telah memberikan wewenang untuk memerintah secara sah.
Kekuasaan amat erat hubungannya dengan wewenang. Tetapi kedua konsep ini harus dibedakan. Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan. Wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang dipegang dalam organisasi. Jadi seorang bawahan harus mematuhi perintah manajernya karena posisi manajer tersebut telah memberikan wewenang untuk memerintah secara sah.
Ada 6 sumber kekuasaan , empat
pertama berhubungan dengan kekuasaan posisi dan dua lain nya kekuasaan pribadi,
sebagai berikut:
1. Kekuasaan balas jasa (reward
power)
2. Kekuasaan paksaan (coercive
power)
3. Kekuasaan sah (legimate power)
4. Kekuasaan pengendalian informasi
(control of information power)
5. Kekuasaan panutan (refrent power)
6. Kekuasaan ahli (expert power)
C.Wewenang
Wewenang
Wewenang
(authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.Penggunaan
wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi.
peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan
sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan
individu maupun organisasi.Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan
dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih
dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka,
selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan
kepemimpinan mereka.
Kekuasaan(power)
sering di campur adukan dengan wewenang. Bila wewenang adalah hak untuk
melakukan sesuatu, kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukan hal tersebut.
Kekuasaan posisi (position power) di dapat dari wewenang formal suatu
organisasi. Kekuasaan pribadi (personal power) di dapatkan dari para pengikut
dan didasarkan atas seberapa besar pengikut dan di dasarkan atas seberapa besar
para pengikut mengagumi dan respect pada seorang pemimpin.
Teknik – Teknik Pengambilan Keputusan
Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan yang dikemukakan oleh pakar, Siagian,
S.P, antara lain :
1. Brainstorming
Jika sekelompok orang
dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic yang tidak terlalu
rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi
dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan
pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum,
sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang cara-cara yang hendak
ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang dihadapi. Penting
diperhatikan dalam teknik ini yaitu:
- Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat
secara teliti.
- Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena
kuantitas pandanganlah yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak
diabaikan.
- Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas
sesuatu pendapat atau gagasan yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan
tidak menilai pendapat atau gagasan anggota kelompok lainnya.
- Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat
atau gagasan yang telah dikemukakan oleh orang lain.
- Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian
dibahas hingga kelompok tiba pada suatu sintesis pendapat yang kemudian
dituangkan dalam bentuk keputusan.
2.Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan tindakan pelaksanaan yang diambil.
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan tindakan pelaksanaan yang diambil.
3. Consensus Thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus
sepakat tentang hakikat, batasan dan dampak suatu situasi problematik yang
dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang hendak digunakan untuk
mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki pengetahuan yang
sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang
seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang
telah ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap
langkah yang hendak ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi
problematik yang sebenarnya.
4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan
yang diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk
kelompok pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat. Pengambil
keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi
peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut
ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi
atau tidak. Jawaban dari anggota kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing
anggota ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang
tidak pernah ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang
sama dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan melampirkan jawaban yang
telah diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama serta hal-hal
yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang
ahli berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban
diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan jawaban.
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar
pertanyaan dan analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh
bahan tentang ramalan kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.
5. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran,
dan di tengah lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut
hanya dialah yang boleh bicara untuk mengemukakan pendapat ide dan gagasan
tentang suatu permasalahan. Para anggota lain mengajukan pertanyaan, pandangan
dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di tengah tersebut telah
dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan digantikan oleh
orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan
didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.
6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”.
Dibentuk dua kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara
pada jawaban “ya” dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang
dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua
kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah dibuat. Pada tahap
berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya mengemukakan
pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.
7. Collective Bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan oleh kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti dengan timbulnya masalah yang lebih besar.
Unsur – Unsur Komunikasi
- Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.
- Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).
- Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas empat macam, yakni: Media antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126).
- Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
Sumber:
No comments:
Post a Comment